BAB I.
Latar Belakang Surat Filipi dan Tujuan Surat Filipi
A. Latar Belakang
Kota Filipi di Makedonia timur,yang letaknya enam belas kilometer dari pesisir laut Aegea, dinamai menurut Raja Filipus II dari Makedon, ayah Aleksandar Agung. Pada masa Paulus, kota ini sebuah kota Romawi dari pangkalan militer yang terkenal.
Gereja Filipi didirikan oleh Paulus dan teman-teman sekerjanya (Silas,Timotius, Lukas) pada perjalanan misi yang kedua sebagai tanggapan terhadap penglihatan yang Allah berikan di Troas (Kis 16:9-40). Suatu ikatan persahabatan yagn kuat berkembang di antara rasul itu dan jemaat Filipi. Beberapa kali jeemaat itu mengirim bantuan keuangan kepada Paulus (2 Kor 11:9; Flp 4:15-16) dan dengan bermurah hati memberi kepada persembahan yang dikumpulkannya untuk orang Kristen yang berkekurangan di Yerusalem. Agaknya dua kali Paulus megunjungi gereja ini pada perjalan misinya yang ketiga (Kis 20:1,3,6).”[1][1]
B. Tujuan Penulis
Dari penjara (1:7,13-14). Kemungkinan besar di Roma (Kis 28:16-31). Paulus mmenulis surat ini kepada orang percaya di Filipi untuk beerterimakasih kepada mereka atas pemberian banyak yang baru-baru ini mereka kirim kepadanya dengan perantaraan Efaroditus (4:14-19) dan untuk memberi kabar tentang keadaannya yang sekarang. Lagi pula, Paulus menulis untuk menyakinkan jemaat tentang keberhasilan maksud Allah dalam hukuman penjaranya (1:12-30), memenangkan jemaat bahwa utusan mereka (Epafroditius) telah menunaikan tugasnya dengan setia dan tidak kembali kepada mereka sebelum waktunya (2:25-30),dan untuk mendorong mereka untuk maju agar mengenal Tuhan dalam persatuan, kerendahan hati, persekutuan, dan damai sejatera.
Dalam surat ini terdapat dua maksud Rasul Paulus yang nyata: pertama, membela persattuan didalam jemaat,dan kedua,mengucapkan terimakasih kepada orang-orang Filipi aatas sumbanganmereka yang diterimanya.Rasul Paulus mungkin juga mempunyai dua maksud yang lain, walaupun kedua maksud itu tidak nyata. Mungkin ia ingin mengangkat Epafroditus supaya diterima baik oleh jemaat di Pilifi dan memperingatkan supaya mereka jangan tawar hati pada waktu menderita karena Kristus.”[2][2]
BAB II
KRISTOLOGI YESUS DALAM SURAT PILIPI DAN TUJUANNYA
A.Yesus Kristus Mengambil Rupa Seorang Hamba
Kata “hamba ”(doulos) dalam bahasa yunani adalah budak, yang dimana seorang budak dalam PL adalah tunduk dan patuh kepada tuannya, dan apa saja yang diperintahkan tuannya, dilakukan, dan tidak boleh tidak. Makna kata “hamba” dalam hal ini adalah yang pertama “taat”, “ setia”, “tunduk” Tuhan Yesus sudah menjadi manusia dengan segala kemuliaan-Nya. Ia telah memasuki kehidupan-nya di atas bumi ini dengan cara di batasi. Oleh karena perangai itu, Ia menjadi seorang manusia di antara manusia, seperti dinyatakan dalam keempat Injil. Walaupun begitu, kemuliaan-nya diselumuti oleh kemanusiaan-Nya.”[3][3]
Untuk ayat-ayat dalam Alkitab yang berbicara tentang Kristus yang mengambil rupa seorang hamba (Mrk12:32). Walaupun Ia tetap benar benar ilahi ,Kristus mengambil sifat manusia dengan segala pencobaan, kehinaan,dan kelemahannya,namun Ia tanpa dosa
Pada hakikatnya Yesus Kristus selalu adalah, setara dengan bapa sebelum selama,dan sesudah masa hidup-Nya dibumi. Bahwa Kristus “tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan” berarti bahwa Ia melepaskan segala hak istimewa dan kemuliaan-Nya disorga agar dibumi ini dpat diselmatkan.
Tuhan Yesus mengosongkan diri-Nya,mengambil rupa seorang hamba,dan dilahirkan atau dijelmakan ke dalam dunia ini, Itu semua adalah pekerjaan diri sendiri. Ia telah mengosongkan diri dengan menyamakan diri dengan manusia dan dengan merendahkan diri lebih lagi, yaitu mati di atas kayu salib untuk keselamatan manusia. Dalam ayt ini dengan kuat Rasul Pauluss membuktikan ketuhanan Tuhan Yesus. Dengan kuat pula ia menyatkan bahwa sesungguhnya Tuhan Yesus menjadi manusia dan menjadi serupa dengan manusia dalam segala sesuatu,kecuali ia tidak berdosa. Baik ketuhanan-Nya maupun kemanusian-Nya sungguh adanya. Karena Tuhan Yesus dengan pilihan diri sendiri teelah merendahkan diri, maka Rasul Paulus menuntut Yesus membawa Dia kepada kematian, bahkan kematian dia atas kayu salib,kematian sebagai seornag hukuman dan penjahat.Kerendahan itu membawa Dia ke tingkat paling bawah yang mungkin di capai manusia.”[4][4]
Kematian di atas kayu salib sangat menyakitkan, belum lagi perasaan malu yang harus ditanggung oleh Tuhan Yesus waktu Ia diperlakukan sebagi seorang penjahat. Orang Yahudi memandang kematian di atas kayu salib suatu kutuk ddan orang Yunani dan ornag Romsawi memandang kematian seperti itu sebagian kematian yagn paling hina. Tetapi demikianlah Tuhan Yesus telah merendahkan diri-Nya untuk menyelamatkan dan menebus dosa manusia.
B. Yesus telah mengosongkan dirinya sendiri
Kata kerja yunani kenoun secara harfiah berarti “mengosongkan “ Kata ini dapat dipakai untuk memindahkan barang-barang dari suatu wadah hingga seluruhnya habis, tak tersisa apapun. Jug adapt dipakai untuk menunagkan sesuatu hingga semuanya habis. Di sini Paulus memakai kata yang sangat hidup untuk menjelaskan pengorbanan inkarnasi (Penjelmaan menjadi manusia). Kemudian ke Allahan Yesus terletak dalam kesedian-Nya melepaskan kerendahan-Nya menjadi manusa. Ia mengosongkan diri dari ke Allahan-Nya untuk mengambil kemanusian-Nya. “[5][5]
Hal inilah yang benar-benar dikatakan dalam naskah yunani,yaitu mengesampinggkan kemuliaan (Yoh 14:4),kedudukan segala hak sorgawi (Luk 22:27; Mat 20:28),dan penggunaan sifat-sifat ilahi-Nya.”Pengosongan diri-nya” ini tidak sekedar berarti secara sukarela menahan diri untuk menggunakan kemampuan dan hak istimewa ilahi-Nya, tetapi juga menerima penderitaan, kesalahpahaman, perlakuan buruk, kebencian, dan kematian yang terkutuk di salib.
Dalam ayat ini terdapat dua kata yunani yang rupanya sama, tetapi sebenarnya berbeda jauh. Dalam ayat 6 dikatakan mengenai Tuhan Yesus, “dalam rupa Allah”,dan dalam ayat 7 dikatakan, “ menjadi sama dengan manusia “.Perkataan dalam rupa Allah berarti setara dengan Allah, yaitu setara dengan Allah. Artinya serupa secara batin. Perkataan “menjadi sama dengan manusia”menyatakan perkara yang luar, yang kelihatan dan yang mungkin berubah. Tuhan Yesus mempunyai segala sifat Allah dan Ia setara dengan Allah dan segala malaikat surga mmelihat Dia dalam keadaan yang demikian. Dengan perkataan ini Paulus mengaku dan meyebut Tuhan Yesus sebagi Allah.
Tetapi kesetaraan dengan Allah itu tidak dianggap-Nya sebagai milik yang harus dipertahankan. Tuhan Yesus setara dengan Allah, tetapi Ia tidak mempertahankan kesetaraan itu,melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, yang dapat juga diterjemahkan merendahkan diri-Nya.
C. Kerendahan hati Kristus
Yesus telah merendahkan diri-Nya sendiri dan taat sampai mati dikayu salib. Ciri khas utama hidup Yesus ialah kerendahan hati, ketaatan dan penyangkalan diri. Yesus tidak menginginkan kehendak-Nya sendiri, tetapi kehendak Allah Ia tak ingin meninggikan diri-Nya akan ditinggikan. Apabila kerendahan hati , ketaatan, penyangkalan diri merupakan cirri khas paling agung bagi hidup yesus, maka itu juga harus merupakan cap bagi ornag Kristen. Yesus telah meninggalkan kemuliaanya demi manusia dan mengasihi manusia sampai mati di atas kayu salib.”[6][6]
Secara umum tindakan Anak Allah dalam inkarnasi, pertama di uraikan oleh kata “kerelaan lebih rendah” di mana sebagai Allah yang kekal, rela untuk menjadi manusia. Kemudian sebagai manusia Ia menyerahakan diri sampai mati di salib yang di uraikan oleh kata “ perendahan diri”. Sesudah mengalami sengsara-Nya, Kristus bangkit dari antara ornag mati dan tidak lama kemudian Ia di permuliakan di sebelah kanan Allah Bapa.
A. Tujuan Kristologi Yesus
A.1. Yesus Menunjukkan Rencana Allah untuk Keselamatan Manusia Setiap manusia merasakan kebutuhan yang sama akan Allah dalam hatinya. Mereka mengetahui bahwa mereka telah berdosa terhadap Allah. Mereka tahu bahwa dosa menjadi penghalang antara manusia dan Allah. Mereka mulai berpikir, "Bagaimana saya bisa membuat hal-hal yang benar antara saya dengan Allah? "Dalam usaha mereka melakukan hal-hal yang benar, mereka melakukan hal-hal yang berbeda. Beberapa orang menyembah pada nenek moyang mereka. Beberapa menyembah dewa- dewa yang terbuat dari kayu dan batu. Beberapa orang membunuh binatang untuk sebuah persembahan. Sebagian orang mengikuti pengajaran-pengajaran manusia. Semuanya itu tidak ada yang benar. Jika seorang manusia menginginkan keselamatan dari Allah, dia tidak boleh mengikuti pikiran-pikirannya atau pikiran-pikiran manusia yang lain. Dia harus belajar dan mengikuti rencana Allah.Yesus adalah firman Allah yang melalui-Nya manusia beroleh jalan kebenaran bagi keselamatan dirinya.Yesus berkata, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang punyang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku" (Yohanes 14:6).”[7][7]
BAB III
TEOLOGI BUKTI KETIDAK BERDOSAAN KRISTUS MENJADI MANUSIA (HAMBA)
A. Yesus menelanjangi diri dari kemuliaan-Nya
Untuk mengatasi dosa Ia menyayangi diri sendiri sebagai Allah. Dalam perikop ini mengandung pengertian bahwa Dia menelanjangi diri dari kemuliaan-Nya. Dia membuat diri-Nya tanpa kehormatan. Mengambil rupa seorang hamba dan menunjukkan bahwa Dia adalah sungguh-sungguh seorang hamba bukan hanya nampaknya saja. Keserupaan (bahasa yunani homoioma) tidak boleh di artikan sebagai kesamaan tanpa kenyataan yang sepenuhnya; Dia adalah sungguh-sungguh manusia dan seratus persen Allah atau yang ilahi.
Dia adalah sungguh dalam keadaan sebagai manusia , tetapi disini keadaan terjemahan dalam bahasa yunani adalah yang lain, yang dapat diterjemahkan “rupa” atau “reallisasi” kata yang berbicara tentag sesuatu yang sementara. Rupa (Morphe) Allah adalah rupa Dia dari mula. Kemudian Dia mengambil rupa (Schema) manusiaa. Dia merendahkan diri-Nya. Kata kerja yang di pakai disini adalah awal kata bnenda dalam ayat yang ketiga.”[8][8]
B. Bukti ketidak berdosaan Kristus
Kemanusiaan Kristus terbukti pertama didalam fakta bahwa Ia memiliki tubuh manusia sejati yang terdiri dari daging dan darah. Tubuh-Nya sama seperti tubuh orang lain kecuali tidak mempunyai sifat-sifat yang di akibatkan oleh dosa dan kegagalan manusia.
Pemecahan terakhir dari masalah ketidaberdosaan kristus terletak dalam hubungan dari tabiat ilahi dan tabiat manusiawi. Pada umumnya disetujui bahwa setiap tabiat itu, ilahi dan manusiawi, mempunyai kehendaknya sendiri-sendiri dalam pengertian ke inginan. Tetapi keputusan terakhir dari pribadi itu, dalam pengertian kehendak yang berdaulat selalu searas dengan keputusan tabiat Ilahi-Nya. Hubungan hal ini dengan masalah ketidakberdosaan adalah jelas. Tabiat manusiawi, karena dapat di coba, bisa menginginkan sesuatu yang apabila dikerjkaan bertentangan dengan kehendak Allah. Dalam pribadi kristus, bagaimana pun juga kehendak manusiawi-Nya selalu mengabdi kepada kehendak Ilahi-Nya dan tak pernah bertindak sendiri. Sedangkan semua setuju bahwa kehendak ilahi dari Allah tidak dapt berdosa, maka kwalitas ini menjadi kwalitas pribadi-Nya dan Kristus menjadi tak dapat berbuat dosa.
Shedd telah menerangkan pokok ini sebagi berikut:
Ketidak mungkinan berdosa dari Kristus di buktikan oleh hubungan dari kehendak di dalam pribadin-Nya memiliki kehendak-Nya sendiri. Tetapi yang terbatas tidak pernah akan bertentangan dengan yang tak terbatas, melainkan mentaati sepenuhnya dengan tetap. Apabila ini tidask demikian, maka ada sesuatwu konflik dalam kesadaran diri Yesus Kristus, sama dengan yang ada dalam kesadaran diri Paulus. Ia juga berkata , “sebab bukan apa yang kekehendaki, yaitu baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak kekehendaki, yaitu yang jahat, yang tidak aku perbuat.
Kemanusiaan Kristus terbukti pertama didalam fakta bahwa Ia memiliki tubuh manusia sejati yang terdiri dari daging dan darah. Tubuh-nya sama seperti tubuh orang lain kecuali tidak mempunyai sifat-sifat yang di akibatkan oleh dosa dan kegagalan manusia. “[9][9]
C. Dua tabiat tetapi Satu Pribadi dan ilahi
Sedemikian rupa hingga keduanya tidak bercampur atau kehilangan identitas masing-masing, dan tanpa kehilangan atau memindahkan sesuatu sifat dari atau tabiat kepada tabiat lainnya. Perpaduan ini sempurna, dan didalam satu pribadinya yaitu Kristus sebagai satu pribadi, bukan dua pribadi. Perpaduan yang sempurna ini juga bersifat kekal sesuai dengan kekelan tabiat kemanusiaan dan keilahian itu sendiri.
Kedua tabiat Kristus tidak hanya di persatukan tanpa mempengaruhi masing-masing sifat dari kedua tabiat it, tetapi juga kedua tabiat itu digabung di dalam satu pribadi.
Beberapa sifat adalah benar tentang seluruh pribadiNya, seperti gelar-gelar penebus, nabi, Imam dan Raja. Sebagai peebus Kristus adalah manusia dan Allah, kedua tabiat itu diperlukan bai fungsi ini. Itulah sebabnya sebuah sifat atau krakteristik benar tentang seluruh PribadiNya.
Morphe adalah rupa hakiki yang tidak pernah berubah, sedangkan skema adalah rupa lahiriah yang berubah di waktu ke waktu dan dari keadaan yang lain. Sebagai contoh tidak pernah berubah yang lain. Morphe tidak pernah berubah, skema mereka berbeda. Skema selalu dan terus menerus berubah. Kata yang dipakai Paulus untuk Yesus yang ada dalam “rupa Allah” ialah morphe. Jadi artinya, keberadaanNya yang tak berubah itu bersifat ilah. Betapapun skema luar-Nya berubah, Ia tetap dlam hakikat Ilahi.”[10][10]
BAB IV
KESIMPULAN
Penulis makalah ini menyimpulkan bahwa Kristologi dalam surat Pilifi ini adalah membicarakan bagaiman Yesus merendahkan diri-Nya sebagai hamba atau budak (doulos)yang tidak berdosa dibuat-Nya Dia berdosa bahkan sampai mati di kayu salib. Dan didalam kemulian-Nya Dia tidak menyembongkan diri-Nya dan tidak meninggikan diri-Nya, tetapi merendahkan diri-Nya sebagai hamba.
Dan tujuan kristologi dalam surat Pilifi ini adalah bagaimana Yesus mempunyai rencana dalam keselamatan manusia agar mengerti bahwa Dia adalah jalan keselamatan yang hidup dan benar, dan bahkan dia merasakan namanya lapar, menderita, pokoknya apa yang di alami oleh manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Stamps Donal C. Alkitab penuntun Hidup berkelimpahan, (dit. Penerbit gandum mas; Jatim)
Brill J. Wesley . Tafsiran Surat Filipi (dit: Kalam Hidup; Bandung)
Barclay William , Pemahaman Alkitan setiap hari. (dit: Gunung Mulia, Jakarta)
Walvoord John F. , Yesus Kristus Tuhan Kita ( dit: Yakin; Surabaya)
F Bruce, F,F. Tafsiran Alkitab Masa Kini 3,(dir: Bina kasih),
[1][1] Donal C. Stamps Alkitab penuntun Hidup berkelimpahan, (dit. Penerbit gandum mas; Jatim) hlm 1975
Tidak ada komentar:
Posting Komentar